Kebiasaan adalah perilaku otomatis (tanpa perlu kita pikirkan lagi) pada situasi dan kondisi tertentu. Seakan – akan sudah aoutopilot. Perilaku berulang, tanpa perlu kita memikirkannya, dan sangat mudah.
Contoh :
Kebiasaan baik ;
- Minum air putih segera setelah bangun tidur
- Saat dengar adzan langsung ambil air wudhu
- Setelah shalat isya membaca buku.
Kebiasaan buruk;
- Bangun tidur matiin alarm lalu tidur lagi
- Saat bosan cari cemilan
- Saat gabut/mood tidak jelas kita habiskan waktu untuk scrolling IG atau Youtube.
Hidup kita merupakan kumpulan kebiasaan – kebiasaan, yaitu kebiasaan2 baik dan kebiasaan2 buruk
Bagaimana kebiasaan terbentuk ?
Misalkan kita pindah domisili ke suatu tempat yang kita tidak tahu sama sekali tentang tempat tersebut, kemudian pagi hari kita berencana berangkat ke tempat kerja, karena kita tidak tahu rutenya maka kita akan menggunakan peta (zaman sekarang pakai google maps misalnya).
Tetapi setelah beberapa kali kita mengulangi perilaku tersebut, melakukan hal yang sama, peta sama, jalur sama, maka otak kita akan membentuk sebuah pola, sehingga perjalanan yang tadinya manual (harus dipikirkan, akan kemana, harus kemana) lama kelamaan jadi otomatis, bahkan setelah lewat 3 bulan, kita tidak akan sadar tentang proses perjalanan dari rumah ke kantor…. Akan secara otomatis keluar rumah melakukan perjalanan, tiba-tiba sampai ke kantor, sudah menjadi otomatis. Bahkan saking otomatisnya jika kita ada yang suruh titip beli sesuatu saat pulang kantor (misalkan pasangan kita), kita sering melupakannya, karena perilaku kita seakan – akan dikendalikan oleh pikiran bawah sadar kita.
Mengapa otak kita membentuk sebuah kebiasaan?
Jawabannya adalah karena otak kita tugasnya menghemat energi seminimal mungkin, sehingga ketika otak berhasil menghemat energi, maka otak akan memiliki energi untuk berkreasi dan berinovasi. Ia tidak akan menghabiskan energinya untuk hal-hal yang bisa dilakukan secara rutin. Untuk itulah otak membentuk pola-pola kebiasaan. Sehingga andaikan kita bisa melihat isi otak dengan sebuah alat misalnya, maka disana ada jalur-jalur syaraf otak yang membentuk kebiasaan, dan jalur syaraf ini sangat sulit untuk hilang.
Ada sebuah penelitian, nama Eugene Paully Pada tahun 2006, dia mengalami lupa ingatan, bahkan dia lupa dengan anaknya sendiri, tapi menariknya, dia masih ingat dengan kebiasaan-kebiasaannya setiap hari, dia ingat rute menuju rumahnya sendiri, karena kebiasaannya sudah mendarah daging, otak nya sudah membentuk pola syaraf tertentu yang menetap, sekalinya perilaku menjadi sebuah kebiasaan, dia tidak akan hilang.
Sekali kita bisa nyetir, meskipun kita berhenti nyetir selama 6 bulan atau 1 tahun, tubuh kita tidak akan lupa karena memorinya sudah pindah dari otak ke otot kita. Kita sudah gunakan memori otot saat kita sudah memiliki kebiasaan.
Jadi otak memang didesain untuk membentuk kebiasaan dengan tujuan untuk menghemat energi, sehingga energi yang dimiliki otak kita tidak habis untuk melakukan hal-hal yang bersifat rutinitas, tapi otak menjadi punya energi, punya ruang untuk berkreasi dan berinovasi.
“We first make our habits and then our habits make us” – John Dryden
(Pada awalnya kita yang membentuk kebiasaan kita, tetapi pada akhirnya kebiasaanlah yang membentuk kita)
Orang2 sukses memiliki kebiasaan sukses, orang-orang gagal memilki kebiasaan gagal. Awalnya mereka membentuk kebiasaannya sendiri, namun seiring perjalanan waktu, kebiasaan yang mereka miliki membentuk diri mereka, identitas mereka, hasil-hasil yang mereka dapatkan.
Jadi kebiasaan yang kita miliki menentukan masa depan kita.
Masa depan seperti apa yang akan kita ciptakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang kita miliki saat ini. Ingat … Orang2 sukses memiliki kebiasaan sukses, orang-orang gagal memilki kebiasaan gagal.
Kebiasaan apa yang kita miliki itulah yang akan menentukan masa depan, jika kita memilki kebiasaan-kebiasaan positif, kebiasaan produktif, kebiasaan memberdayakan maka hasil-hasil yang akan kita dapatkan pun, hasil-hasil yang positif, hasil-hasil yang produktif dan hasil yang memberdayakan.
Sebaliknya jika kita memilki kebiasaan negatif… maka hasil yang didapatkanpun hasil-hasil yang negative, hasil tidak produktif dan hasil yang tidak memberdayakan.
Mungkin awalnya melakukan 1 perilaku, hanya iseng, misalnya jika bosan kita melakukan scrolling Fb/Ig/Youtube, tapi jika hal itu dilakukan berulang-ulang, sehingga akhirnya otak membentuk syaraf dan membentuk kebiasaan “jika bosan, scrolling HP” maka bisa dibayangkan berapa banyak waktu yang terbuang dengan kebiasaan yang kita miliki tsb, rata2 orang Indonesia menghabiskan waktunya 2 – 4 jam di depan sosmed, padahal waktu itu bisa digunakan untuk hal-hal produktif.
Sekian dulu ya… lanjut besok, Insya Allah